Ketika Kebangkitan KRISTUS Diragukan

Ketika Kebangkitan KRISTUS Diragukan

Belum ada komentar 168 Views

Pilihan yang Sulit

Kepada setiap orang ditawarkan untuk menjadi orang beriman atau tidak. Dan sesungguhnya hal ini merupakan pilihan yang sulit. Sebab tidak beriman saja kita sudah harus menghadapi berbagai hal yang tidak masuk akal. Apalagi jikalau kita memilih untuk menjadi orang yang beriman, dalam hal ini beriman kepada Yesus Kristus. Pertama-tama harus kita memercayai-Nya sebagai Allah yang sejati dan Manusia yang sejati, tanpa dosa. Selaku Allah, Ia memiliki kesatuan kekal dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, sehingga kita menyebut-Nya Allah yang Tritunggal. Keberadaan dan karya besar-Nya baru dapat kita terima dan amini, jikalau kita bersedia ditopang oleh pekerjaan Roh Kudus.

Tak heran bahwa di dunia ini ada banyak orang yang ateis atau tidak percaya kepada Tuhan. Ada cerita tentang seorang dosen yang ateis, yang mempersoalkan keberadaan Tuhan di hadapan para mahasiswanya.

“Apakah ada yang pernah melihat Tuhan?”

” Belum,” jawab para mahasiswa.

Kembali sang dosen bertanya, “Ada yang pernah mendengar Tuhan?”

“Belum,” jawab mereka.

“Apakah ada di antara kalian yang pernah menyentuh Tuhan?”

“Belum,” jawab mereka serentak.

Kalau begitu kesimpulan kita: “Tuhan itu tidak ada!”

Salah seorang mahasiswa yang merasa jengkel terhadap pernyataan sang dosen, tiba-tiba berdiri dan bertanya kepada teman-temannya, “Di antara kalian, apakah ada yang pernah melihat otak pak dosen?”

Jawab mereka, “Tidak.”

“Apa pernah mendengar otak dosen kita?”

“Tidak,” jawab mereka.

“Ada di antara kita yang pernah menyentuh otak dosen kita?”

“Tidak,” jawab mereka bersemangat.

“Kalau begitu kesimpulan kita: Dosen kita ini tidak punya otak.”

Bagi kita di dunia ini, ada banyak hal yang belum atau tidak akan pernah kita lihat, tapi ada. Misalnya, bintang Mars, dasar Laut Mati atau roh kita. Dalam 2 Korintus 5:7 kita membaca, “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.”

Itulah “gaya hidup” orang beriman. Tidak lagi mengedepankan kemampuan sendiri, tetapi percaya kepada Tuhan. Namun demikian tidak berarti bahwa kita lalu membuang segala pemberian Tuhan yang penting dalam hidup kita, termasuk akal kita. Justru sebaliknya kita dipanggil untuk makin bertanggung jawab memanfaatkannya. Katakanlah secara optimal dan maksimal, dengan catatan, tanpa bertentangan dengan iman kita. Sebagai contoh, saat kita berbicara tentang alam semesta yang serba hebat itu, kita tetap memiliki keyakinan bahwa Tuhanlah Penciptanya. Tentang janin yang ajaib, kemajuan teknologi dan seterusnya, kita terima kehebatan semua ilmu pengetahuan, tapi dengan keyakinan bahwa tak sesuatu pun terjadi di luar kuasa dan rencana Tuhan.

Bagaimana dengan “Hidup karena percaya, bukan melihat”? Ini seperti seorang anak kecil yang dituntun oleh ayahnya memasuki kebun yang luas. Dengan bersemangat anak itu mendengarkan segala penjelasan ayahnya mengenai hal-hal yang masih serba asing baginya.

Jadi, anak kecil itu sebebasnya “melihat” dan menyimak dunia sekelilingnya dalam genggaman tangan dan penjelasan terpercaya sang ayah. Inilah yang disebut berada di bawah terang Firman Tuhan. Sikap orang beriman harus teguh, konsisten dan mantap melangkah terus ke depan! Seperti yang dianjurkan dalam Amsal 4:25-27. “Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”

Apa keuntungan “Hidup karena percaya, bukan melihat”? Jika kita hanya mengutamakan penglihatan kita, maka kita hanya akan melihat sedikit. Namun jika kita mendahulukan iman kita kepada Tuhan, maka kita akan melihat jauh lebih banyak, dan hidup kita menjadi bermakna. Sebagai contoh: Di dalam kebaktian kemarin, Majelis Jemaat saya menerima persembahan sulung gaji pertama dari seorang anggota Jemaat. Anak Tuhan itu tentu saja merasa senang dan bangga dengan prestasinya yang nyata, karena sesudah diwisuda ia memperoleh pekerjaan yang bagus. Tapi ia juga melihat dengan iman bahwa Tuhanlah yang selama ini mendampingi dan memberkati perjuangan hidupnya. Maka ia dapat mengakui serta bersyukur kepada Tuhan. Dapat dipastikan bahwa ke depan nanti ia akan melihat lebih banyak berkat Tuhan dalam berbagai bentuknya. Dan semakin bersyukur, semakin Tuhan berkenan dalam hidupnya!

For what is faith unless it is to believe what you do not see. St. Augustine Of Hippo

Satu kebenaran lain dalam beriman adalah, bahwa orang beriman tidak mendahulukan pembuktian. Sebab sesudah kita beriman, Tuhan baru memberikan banyak bukti yang membuat kita bersyukur dan semakin hidup dekat dengan-Nya. Percaya dulu, baru melihat buktinya. Jangan dibalik seperti Tomas.

Faith is the root of works. A root that produces nothing is dead. Thomas Wilson

Saat itu Tomas sudah tidak memiliki nilai rohaniah dari hidupnya, ketika ia mencampakkan berita kebangkitan Kristus. Ia telah menyakiti hati rekan-rekannya, karena melecehkan kesaksian mereka. Terlebih lagi, ia telah menghina Kristus, sebagai Guru dan Tuhannya yang tak memiliki kemungkinan untuk bangkit sesudah mati. Dalam kondisi yang terpuruk itu, Tomas hanya bisa hidup menyendiri dalam kesedihan dan putus asa. Akar imannya sudah layu dan kuyu, sehingga tak mungkin dapat berproduksi lagi. Sekiranya tak ada sentuhan tangan kasih Kristus, apa jadinya dengan nasib Tomas? Tak bakal ada orang-orang Kristen yang sudi memakai nama Tomas atau Thomas!

Mengapa Para Rasul Tidak Marah?

Dapat dipastikan bahwa meskipun kesaksian mereka ditolak mentah-mentah oleh Tomas, namun mereka tidak (bisa) marah kepadanya. Karena sebelumnya mereka juga sudah berbuat bodoh seperti Tomas ketika menerima kesaksian tentang kebangkitan Kristus dari para perempuan. “Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.” (Lukas 24:11) Berita besar yang bukan saja fresh from the oven, tapi bahkan fresh from the heaven itu telah dipandang sebagai omong kosong. Artinya, omongan tak berharga, seperti sebuah gombal busuk yang patut dilempar ke dalam tempat sampah saja! Demikianlah perlakuan dan respons orang-orang terdekat Yesus terhadap prestasi agung yang diraih-Nya.

Kebangkitan Kristus Sangat Fundamental

Sebagaimana kematian-Nya tak boleh diragukan, maka sudah ditandai dengan penusukan tombak pada lambung-Nya oleh seorang tentara Romawi. Juga oleh penguburan yang dilakukan Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus. Demikian pula dengan kebangkitan-Nya, diteguhkan oleh fakta bahwa kubur-Nya sudah kosong.

Paul Althus berkata, “Proklamasi Kebangkitan tidak mungkin dapat dipertahankan di Yerusalem untuk satu hari saja, untuk satu jam saja, jika kosongnya kubur itu tidak ditegakkan sebagai sebuah fakta.”

Jangan kita lupa bahwa Yerusalem merupakan pusat kegiatan dari seluruh umat Yahudi yang sangat religius. Mereka sangat peka dan “ganas” dalam mengawasi segala bentuk peristiwa rohaniah seperti kebangkitan, termasuk (terlebih) kebangkitan Kristus.

Penampakan-penampakan Kristus sesudah bangkit sangat akurat dan dialami oleh banyak saksi mata: Maria Magdalena, beberapa perempuan, dua murid yang ke Emaus, Petrus di suatu lokasi, sepuluh murid di Ruang Atas, sebelas murid di Ruang Atas, tujuh orang di danau Galilea, sebelas murid di atas bukit, murid-murid di dekat Betani.

Sekiranya kebangkitan Kristus hanya sebuah cerita fiksi yang mengada-ada saja, maka:

  • Di kemudian hari Petrus tidak akan pernah mati dengan permintaan tersalib secara terbalik;
  • Markus tidak akan diseret sepanjang jalan hingga mati;
  • Yakobus tidak akan dipenggal kepalanya;
  • Tomas tidak akan ditusuk dengan tombak.

Tapi, tradisi mengatakan bahwa orang-orang ini mati secara mengerikan, sebab mereka semua rela demi Kristus, sang Pemenang yang telah bangkit mengalahkan maut.

Apa Artinya Bila Anda Menolak Kebangkitan Kristus?

Itu berarti Anda menolak bahwa Kristus berkuasa membangkitkan orang-orang mati pada zaman-Nya, sebab waktu itu Ia membangkitkan berdasarkan kuasa kebangkitan-Nya sendiri.

Jika Anda menolak kebangkitan Kristus, berarti Anda harus bisa menghapus begitu banyak ayat di dalam Alkitab yang berbicara tentang kebangkitan-Nya.

Jika Anda menolak kebangkitan Kristus, berarti Anda telah menolak seluruh kebenaran Alkitab kita. Sebab orang tidak bisa hanya memilih ayat-ayat yang disukai atau dipercaya lalu menyampingkan yang lain. Bagi Tuhan berlaku satu sikap saja terhadap Alkitab, ” Menolak atau menerima seutuhnya!”

 

| Pdt. Em. Daud Adiprasetya

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...